Aku mau kirim Artikel Contact Us Kirim di sini

Teori Pengetahuan Menurut Para Ahli Filsuf

Teori Pengetahuan Menurut Ahli Filsuf

 Teori Pengetahuan Menurut Ahli Filsuf


“Hanya
teori-teorilah yang dapat menjadi referensi dan acuan dalam mengembangkan suatu bidang ilmu”, demikianlah seorang pakar komunikasi, Little John berpendapat tentang pentingnya memahami teori-teori yang ada.

Antara proses pemenuhan awal akan pengetahuan dan kepastian, keduanya terangkum dalam proses pemenuhan dengan berpikir filsafat. Pengetahuan berawal dari sikap ingin tahu, dan kepastian berawal dari sikap skeptisisme (keragu-raguan), sedangkan filsafat sendiri dimulai dari kedua-duanya. Dengan berfilsafat pula, ia menganjurkan kita untuk tetap merendah diri bahwa kita tak selamanya mampu mengetahui semua yang ada dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Untuk lebih jelasnya,mari kita simak berbagai teori pengetahuan dari kalangan filusuf terkemuka. Diantaranya pandangan Plato, Aristotels, Descrates, Immanuel Kant, John Locke, David Hume,dan Filosof Muslim.

A.     PLATO
Teori Plato Tentang Pengingatan Kembali
Teori Plato tentang pengingatan kembali adalah teori yang berpendapat bahwa pengetahuan adalah fungsi mengingat kembali informasi-informasi yang lebih dulu diperoleh. Plato yakin pengetahuan itu adalah pengingatan tentang apa yang telah ada dalam pikiran, bukan mempersepsi (mengenali) benda-benda baru.
Baginya, klaim bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman akal (pandangan ini dikenal dari kelompok empirisisme), sungguh sesuatu yang janggal. Obyek-obyek pengalaman akal hanyalah fenomena yang pada akhirnya akan berubah seiring berubahnya dunia indrawi. Dengan begitu, obyek-obyek pengalaman bukanlah obyek pengetahuan yang tepat.
Teori ini terbentuk atas dua proposisi berikut : pertama, bahwa jiwa manusia ada dalam bentuk berdiri sediri, jiwa sudah ada sebelum adanya badan dan kedua adalah pengetahuan rasional tak lain adalah pengetahuan tentang realits-realitas yang sudah ada di alam yang lebih tinggi, Plato menyebutnya dengan archetypes


Menurut Plato dimasa mendatang pengetahuan yang berasal dari indera dianggap benar dan Ilmiah. Baginya, jika dunia ini selalu berubah, bagaimana dunia atau indra dapat diandalkan? Ia menyimpulkan bahwa mereka (indera) tidak dapat diandalkan dan pengetahuan sejati harus datang dari tempat lain, yakni bahwa pengetahuan itu telah ada sebelumnya.
Mengutip pernyataan Socrates pernah mengklaim bahwa kita tidak “belajar”, tetapi “mengingat”. Pengetahuan itu sudah ada dalam fikiran kita . menurut Socrates kita mempunyai pengetahuan dari sebelum kita dilahirkan. Dari sinilah yang memantapkan Plato bahwa pendidikan dan pengalaman tidak berpengaruh, pengetahuan sejati merupakan bawaan dalam diri kita.
Teori ide-ide ini juga penting menurutnya (Plato) karena ia bisa membantu bagaimana dalam mengelompokkan obyek di dunia dan memahami kodrat mereka. Kata “Kuda” semisal, menunjuk kepada binatang berkaki empat, mempunyai bulu, tetapi semua kuda tidaklah sama; warna, ukuran, keturunan yang berbeda-beda, namun semuanya di dunia ini diambil sesuatu ide yang serupa dengannya, yakni ide “ke-kuda-an” yang karena, menurut Plato, kita bisa mengenali kuda sewaktu melihatnya, apapun bentuk, warna, dan jenis kuda tersebut.


B.     ARISTOTELS
Serupa halnya dengan Plato, Aristoteles juga mengemukakan tentang adanya dua pengetahuan, yakni pengetahuan indrawi dan pengetahuan akali. Pengetahuan indrawi merupakan hasil dari keadaan konkrit sebuah benda, sedangkan pengetahuan akali merupakan hasil dari hakekat jenis benda itu sendiri. Memang, pengetahuan indrawi mengarah kepada ilmu pengetahuan tetapi ia sendiri bukan ilmu pengetahuan lantaran ilmu pengetahuan hanya terdiri dari pengetahuan akali. Itu sebabnya mengapa Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa ilmu pengetahuan tidaklah didapat dari hal-hal yang konkrit, melainkan mengenai hal-hal yang sifatnya universal.
Namun sayangnya, Aristoteles sangat menentang pendapat Plato gurunya. Ia berpendapat bahwa dunia yang sesungguhnya adalah dunia real, yakni dunia nyata yang bermacam-macam, bersifat relatif dan berubah-ubah. pandangan Aristoteles lebih dikenal sebagai paham realis (realisme). Akal tidaklah mengandung ide-ide bawaan, melainkan mengabstraksikan (menyatakan) ide-ide yang terdapat dalam bentuk benda-benda berdasarkan hasil tangkapan indrawi.
Bertolak dari gurunya, pandangannya lebih bersifat “common-sense” (penilaian masuk akal) ketimbang “idealis”(penilaian dianggap benar). Baginya, pengetahuan adalah persepsi, dunia natural adalah dunia nyata, dan persepsi dan pengalaman indrawi adalah dasar pengetahuan ilmiah.
Teori yang diungkapkan aristotels adalah mengaplikasikan apa yang didapat melalui indera seperti teori realisme, menangkap suatu ide dari alam sekitar dan mengaplikasikannya menjadi kenyataan seperti awal mula ide penciptaan Helikopter dimulai dari Igor Ivanovich Sikorsky (1889-1972) Penemu Helikopter terinspirasi dari capung. Kemudian diciptakanlah kendaraan terbang Helikopter menyerupai capung.
Plato memulainya dengan intelek, sedangkan Aristoteles memulainya dengan persepsi akan dunia natural. Pemahaman Plato bersifat matematis, sedangkan pengertian Aristoteles bersifat ilmiah, didasarkan pada persepsi, observasi, dan penyelidikan.


C.     Rene Descrates

Teori Rene Descartes (1596-1650)tentang Teori Rasional adalah teori yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan berasal dari sumber satu-satunya yaitu rasio (akal) melalui pembuktian Logika. Teori Rasionalis dalam menggapai pengetahuan menjunjung tinggi akal sebagai sumber pembenaran. Dalam teori rasional pengetahuan dibagi 2 bagian. Pertama pengetahuan yang mesti/intuitif yaitu bahwa kita harus mengakui suatu pengetahuan tertentu tanpa mencari dalil atau bukti kebenarannya asal masuk akal. Kedua Pengetahuan informasi/pengetahuan teoritis bahwa akal tidak akan mempercayai kebenaran suatu pengetahuan, kecuali dengan adanya pengetahuan-pengetahuan dan kebenaran-kebenaran pendahulu dan lebih pasti darinya. Seperti pandangan terhadap “Jiwa” dan “raga”. Jiwa tidak bergantung kepada raga jika sudah lepas dari raga.
D.     John Locke & David Hume Teori Empirikal
Teori John Locke & David Hume tentang Teori Empirikal mengatakan bahwa pengetahuan dan gagasan berasal dari sumber utama yaitu Pengalaman melalui pembuktian inderawi. Sedangkan akal hanya mengolah pengetahuan dan gagasan inderawi tadi. John Locke menyerang gagasan Descartes dengan mengembalikan segala pengetahuan dan ide berasal dari fenomena inderawi. Ia megingkari ide- ide fitri (yang diperoleh sejak lahir). Menurutnya segala pengetahuan dan ide berasal dari refleksi (pengalaman). David Hume tokoh empirisme lainnya lebih akurat dalam menerapkan teori empirical. Ia mengatakan adanya suatu pengalaman menghasilkan 3 ide yang berkaitan yaitu Persamaan (kebiasaan), menimbukakan Hubungan, yaitu kausalitas (antara sebab dan akibat).
E.     Immanuel Kant
Sementara Teori Immanuel Kant(1728-1804) lebih dikenal sebagai tokoh utama Kritisisme berpendapat bahwa pengetahuan merupakan perpaduan rasio (akal) dan pengalaman. Ia mengatakan “Pengalaman kita berada dalam bentuk-bentuk yang ditentukan oleh perangkat inderawi kita, maka hanya dalam bentuk itulah yang menggambarkan eksistensi (rasio) segala hal.” Rasio dan pengalaman sama sama meiliki batasan sendiri. Indera, adalah sumber pemahaman pengetahuan namun bukanlah satu-satunya sumber. Sama halnya dengan akal juga sumber pengetahuan tapi bukan satu-satunya sumber pengetahuan. Melainkan perpaduan adanya rasio(akal) dan pengalaman yang mendorong munculnya pengetahuan-pengetahuan dalam akal.


F.      Teori Filosof Muslim

Teori Filosof Muslim tentang Teori Disposesi adalah pengetahuan berasal dari pembagaian – pembagian konsepsi mental menjadi 2 bagian : Konsepsi Primer dan Konsepsi Sekunder.
Konsepsi (teori) primer adalah dasar konseptual bagi akal manusia. Presepri ini lahir secara langsung dari kandungan-kandungannya. Kita memahami panas karena kita mengetahuinya dengan perabaan (menyentuhnya), memahami warna karena kita mengamatinya dengan penglihatan dan seterusnya. Ide ide ini membentuk pondasi Pimer Konsepsi (dasar pengetahuan).
Konsepsi (teori) Sekunder merupakan turunan dari konsepsi primer yaitu adalah hasil dari  primer konsepsi (dasar pengetahuan). Tahap inovasi dan konstruksi inilah yang disebut disposesi. Kita mengetahui ide- ide baru berbagai jenis rasa makanan, bermacam jensi warna melalui observasi yang memunculkan suatu disipin ilmu baru atau pengetahuan baru.

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.