Aku mau kirim Artikel Contact Us Kirim di sini
Postingan

Fonologi Dalam Ilmu Alquran

Fonologi Alquran
Fonologi Dalam Ilmu Alquran

Bahasa adalah sarana komunikasi paling utama pada  manusia. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi menyampaikan keinginannya antara penutur yang satu dengan penutur yang lain. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang linguis Arab, Ibnu Jini yang mendefinisikan bahasa sebagai “alashwaatu yu’abbiru biha kulla qaumin ‘anaghradlihim”  (“Seperangkat bunyi yang diungkapkan oleh suatu kelompok masyarakat tutur untuk menyampaikan tujuan/maksudnya”).

Sebagai suatu perangkat bunyi, maka bunyi merupakan sistem yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Seorang penutur harus melafalkan bunyi itu sesuai kaidahnya agar supaya pendengar bisa memahami maksud ungkapan yang dituturkannya. Ilmu yang mempelajari seluk beluk bunyi bahasa serta merumuskannya secara teratur dan sistematis tersebut dinamakan fonologi. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ilmu al-ashwat. Jadi fonologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum, baik yang mempelajari bunyi bahasa yang tanpa menghiraukan arti maupun yang tidak. Ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa tanpa menghiraukan arti disebut fonetik, sedangkan ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa yang membedakan arti disebut fonemik.

Selain dituturkan oleh penutur Arab, bahasa Arab juga dimiliki oleh umat Islam sedunia. Hal ini disebabkan bahasa yang digunakan dalam Alquran adalah bahasa Arab. Maka barangsiapa yang ingin belajar memahami Alquran, mau tidak mau dia harus mengenal dulu bahasanya yaitu bahasa Arab.

Untuk mengenal bahasa Arab dia harus belajar melafalkan terlebih dulu bunyi-bunyi dan huruf-huruf hijaiyyah yang terdapat di dalamnya. Perbedaan pelafalan terkadang dapat menyebabkan perbedaan makna. Karena itulah untuk bisa memahami alquran, maka selain harus menguasai kaidah-kaidah ilmu tajwid, wajib juga memahami kaidah- kaidah bunyi yang ada dalam ilmu al- ashwat.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, memiliki keistimewaan yang luar biasa. Baik keistimewaan pada aspek substansi, maupun pada aspek pemakaian struktur bahasanya. Secara substansi, al- Qur’an mengandung berbagai pesan, petunjuk, perintah, hikmah dan lain sebagainya untuk umat Islam dalam menjalani kehidupan. Sedangkan pada aspek penggunaan bahasanya, al-Qur’an merangkai bahasa Arab dengan sangat indah dan tidak ada yang dapat menandinginya. Hal ini sudah terbukti sejak masa lampau, bahwa orang Arab yang gemar membuat puisi tidak ada yang sanggup menandingi keindahan dan keagungan bahasa al-Qu’an.

II. PEMBAHASAN

Sesuai dengan pengertian definisi fonologi  yang sudah kami  paparkan di pendahuluan maka pada bagian pemahasan ini akan dijelaskan beberapa bunyi-bunyi yang terdapt di dalam al-Quran. Ketika ada dua bunyi yang berdekatan kemudain, maka antara kedua bunyi itu akan saling tarik menarik dan saling mempengaruhi . Pada keterkaitan ini kami hanya akan membicarakan lima fenomena yang mempengaruhi bunyi.

1. Ikhfa’
Menurut bahasa ikhfa adalah menyembunyikan. Namun, yang dimaksud disini ikhfa adalah menyembunyikan sebagian identitas bunyi n ketika bertemu dengan salah satu bunyi-bunyi ikhfa.

Untuk dapat memproduksi konsonan n, ujung lidah harus bekerja sama dengan gigi atas agar menghambat arus udara yang datang dari paru-paru dengan hambatan yang kuat. Akan tetapi, karena celah menuju rongga hidung terbuka, maka udara keluar melalui rongga tersebut.

Adapun posisi pita suara dalam keadaan berdekatan sehingga menimbulkan getaran ketika udara melewati daerah tersebut. Oleh karena itu, konsonan ini dideskripsikan dengan /apiko-dental/geseran/bersuara/nasal.

  Apiko-dental adalah bunyi yang mempunyai makhraj di ujung lidah dengan pangkal gigi, apiko-dental mempunyai tetangga bunyi yang cukup banyak, selain mempunyai sifat yang berdekatan dengan sifat-sifat bunyi lain. Terdapat 15 konsonan yang mempunyai kedekatan dengan konsoan ini, baik dari segi makhraj maupun dari segi sifat. 15 konsonan terebut :

ذ, د, ج, س, ت, ز,ث,  ش, ص, ض, ط, ظ, ف, ق, ك 

Bunyi n dapat terpengaruh ketika konsonan ikhfa dan n saling berdekatan, disamping itu bunyi n sudah tidak seperti izhar. Bunyi-bunyi ikhfa juga telah mengalami pelemahan ketika berdampingan dengan nun. Gejala seperti inilah yang disebut ikhfa.
Antara bunyi nun dan ikhfa sama-sama memiliki kekuatan yang imbang.  Bunyi ikhfa antara lain sebagai berikut:

a. Shad (isti’la).
b. Dzal (jahr).
c. Tsa (ishmat).
d. Kaf (syiddah).
e. Jim (syiddah) dan qalqalah.
f. Sin (ishmat).
g. Dal (syiddah) dan qalqalah.
h. Tha (syiddah) dan qalqalah.
i. Zai (jahr).
j. Ta (syiddah).
k. Dhad (ithbaq).
l. Zha (jahr).

Di kalangan santri indonesia bacaan ikhfa sangan potensial terjadi kesalahan dalam membaca al-Quran. Oleh sebab itu, latihan pembacaan ikhfa sangat penting dilakukan oleh santri pemula.

4. Ghunnah
Proses nasalisasi adalah menentukan saluran yang akan dipilih sebagai tempat keluarnya bunyi, apakah melalui mulut atau hiduung. Apabila langit-langit lunak atau anak lidah (tekak) menutup saluran yang mengarah ke rongga hidung, maka bunyi itu termasuk bunyi mulut murni (bunyi oral), seperti bunyi b, d, g, h, j, k, l, p, r, s, t, w, y, z, kh .

Bunyi hidung (bunyi nasal) yaitu apabila langit-langit lunak atau anak lidah tidak menutup rongga hidung, seperti bunyi m, n, ng, dan ny.

Cara untuk mengetahui apakah konsonan itu nasal atau oral yaitu dengan cara menuturkan bunyi itu sambil menutup hidung. Apabila bunyi yang keluar itu secara utuh maka bunyi itu termasuk bunyi nasal. Sebaliknya, apabila bunyi itu keluar tidak secara utuh maka itu dinamakan bunyi oral.

Ghunnah adalah bunyi gabungan dari bunyi oral dan nasal. Ulama fonetik menamainya dengan bunyi oronasal. Apabila sebagian udara keluar dari mulut dan sebagian lagi keluar dari rongga hidung maka itu yang dinamakan ghunnah. Seperti lafaz مَنْ يَعْلُ contoh ini adalah paduan antara nun dan ya.

Proses terjadinya bunyi ghunnah berada pada langit-langit lunak dan anak lidah. Yaitu ketika menuturkan sebuah bunyi oral pada langit-langit lunak dan anak lidah maka sebagian udara akan keluar dari saluran hidung maka inilah yang dinamakan bunyi ghunnah.

Ghunnah terjadi murni karena faktor saling mempengaruhi antara dua bunyi konsonan, yang satu bunyi oral dan yang satu bunyi nasal. Cara agar kedua hal tersebut dapat bertemu adalah dengan membuat ghunnah, tidak oral murni dan tidak pula nasal murni.

Kurang cermatnya ulama tajwid dalam masalah ghunnah ini dapat dilihat dari pembedaan antara bunyi nasal dan bunyi ghunnah. Yaitu dilihat dari definisi ghunnah dalam tajwid yang diartikan sebagai bunyi yang indah yang keluar dari kantong hidung. Definisi ini jelas cocok untuk bunyi nasal, bukan untuk bunyi ghunnah.

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.